nasionalisme adalah tiang utama tegaknya suatu negara. |
Tahukah anda, apakah makna nasionalisme? Walaupun istilah
nasionalisme sudah tidak asing di telinga, namun kiranya tidak banyak orang
yang memahaminya. Menurut Slamet Muljana[1],
nasionalisme ibarat nyawa bagi manusia, jantung kehidupan suatu negara. Dan,
nasionalisme adalah tiang utama tegaknya suatu negara.
Dengan demikian, tambah Muljana, nasionalisme pada hakikatnya
adalah manifestasi kesadaran nasional dalam pengabdiannya kepada bangsa dan
negara. Pengabdian disini, tentunya tidak terbatas ruang, waktu, kemampuan dan
profesi apapun. Pengabdian seorang petani tentunya berbeda dengan pengabdian
seorang guru. Tetapi, semuanya bisa
berjalan berbarengan, tanpa mempunyai sikap sayalah yang paling penting. Karena
pada dasarnya semuanya sama, caranya saja yang berbeda.
Selain itu, pengabdian pun tidak terbatas waktu. Jika melihat
sejarah Indonesia, sebelum dan sesudah merdeka, tentunya ada perbedaan yang
signifikan dalam hal cara “pengabdiannya”. Waktu penjajahan, sikap nasionalisme
dilakukan dengan berperang melawan penjajah untuk merebut kemerdekaan. Ketika
Indonesia sudah merdeka, tentunya tidak usah berperang lagi dengan penjajah,
tetapi harus mengisi kemerdekaan ini dengan hal yang bermanfaat, kreatif, dan produktif,
sesuai dengan harapan para pahlwan.
Berbicara sejarah panjang negeri ini, kiranya tidak bisa terlepas
dari peran serta kaum muda didalamnya. Dengan semangat, optimisme, kaum muda
menjadi warna tersendiri dalam perjuangan bangsa ini. Hal inilah yang
seharusnya bisa direflesikan, sebagai suatu kekuatan untuk berbuat lebih baik
lagi, dalam mengisi kemerdekaan yang telah memasuki usia ke-68 tahun ini.
Peran pemuda dalam mengisi kemerdekaan sangatlah vital. Karena
pemuda adalah aktor masa depan, yang akan membawa bangsa ini mau menjadi apa. Ironisnya,
jika melihat kaum muda sekarang jauh dari ekspektasi semua kalangan. Degredasi
moral, seolah sangat dekat dengan usia muda, yang nota bene masih mencari jati
diri. Misalnya, tawuran antara sekolah yang menyebabkan nyawa hilang sudah
beberapa kali terjadi. Melihat fenomena ini, bisa diasumsikan bahwa, kaum muda
belum bisa memahmi perbedaan yang ada, baik itu perbedaan pendapat, agama,
suku, dan yang lainnya. Yang pada waktu tertentu, bisa menjadi bom waktu yang
bisa meledakkan amarah kaum muda, tentunya menyebabkan kerugian yang tidak
sedikit.
Padahal, dalam kehidupan ini, perbedaan adalah suatu keniscayaan.
Sesuatu yang pasti adanya. Dengan perbedaan, seharusnya bisa membuat hidup
lebih indah dan berwarna. Layaknya, memasak makanan yang menggunakan beberapa
macam bumbu, yang membuat masakan itu menjadi enak. Tak terbayang rasanya, jika
bumbunya hanya garam saja. Inilah pemahaman yang harus ditekankan kepada kaum
muda.
Menghormati dan menghargai perbedaan adalah hal mutlak yang harus
dilakukan. Inilah yang harus disadari oleh semua pihak, termasuk pemuda.
Sejatinya, pemuda mempunyai peran yang strategis untuk mengawal persatuan dan
kesatuan bangsa. Dengan senantiasa menjunjung tinggi dan mengindahkan moral
“nasional”, bekerja dan berusaha untuk kebaikan bangsa Indonesia.
Manusia sebagai makhluk spiritual, sejatinya tidak bisa terlepas
agama. Agama manapun di dunia ini, tidak ada yang mengajarkan kejahatan dan
keburukan. Oleh karena itu, sudah seharusnya untuk berbuat kebaikan kepada umat
manusia dalam rangka pengabdian kepada agama, bangsa dan negara. Dengan suasan
kondusif yang terbangun, dimana peran pemuda menjadi titik sentral, kesatuan
dan persatuan sebagai modal dasar dalam menghadapi arus globalisasi –yang tak
selamanya positif- .
Sekiranya, kita mampu melihat umat beragama lain sebagai saudara
dalam kemanusiaan. Dan, mereka yang seideologi sebagai saudara dalam keimanan.[2]
Dengan pemahaman itu, sekuat apapun musuh mencoba untuk menebar virus-viur
konflik, semuanya akan sia-sia. Adalah tanggung jawab semua elemen bangsa,
termasuk pemuda yang tercerahkan, untuk menjaga persatuan dan kesatuan berbasis
toleransi agama.
Oleh: Aan Herdiana
0 komentar:
Posting Komentar