Jika dalam tulisan ini, saya mengangkat tema jihad, rasanya isu
terorisme menjadi wacana yang sangat relevan. Entah siapa yang memulai, tapi
dua istilah ini, dalam beberapa tahun
terakhir menjadi “sangat akrab” di telinga dan
selalu hangat untuk diperbincangkan dari forum resmi, semisal seminar, sampai warung kopi
pinggiran jalan. Walau dewasa
ini, isu terorisme sudah jarang menghiasai televisi tanah air (karena disibukkan
dengan kasus koruopsi yang tak kunjung usai) bukan berarti isu ini hilang
bagitu saja.
Tetapi dalam tulisan ini, saya tidak akan membahas hal itu. Terlalu
luas dan kompleks untuk menjelaskannya disini. Selain itu, pengetahuan saya
juga belum memadai untuk mengkritisi dan menganalisis.
Dalam tulisan ini, saya hanya ingin menjelaskan tentang jihad dalam arti yang
sederhana, yang membumi, untuk bisa dipahami dan
diaplikasikan dalam keseharian.
Dalam artian yang sederhana, jihad adalah berjuang dengan sunguh-sungguh
menurut syari’at Islam. Ada perjuangan, ada kesungguhan, dan
kerja keras untuk mencapai sesuatu, itu kunci jihad dalam tulisan ini. Selama ini, pemahaman jihad seakan “melangit”,
dan selalu diidentikkan dengan kekerasan atau peperangan fisik saja, seolah jihad
tidak berlaku dalam kehidupan sehari-hari.
Padahal, kesungguhan ataupun kerja keras
dalam keseharian harus selalu ditanamkan. Misalnya seorang pelajar atau
mahasiswa, harus senantiasa bersungguh-sungguh dalam melakukan aktifitasnya di
dunia akademis. Seorang pemuda harus sungguh-sungguh mempersiapkan segala keperluannya
untuk pernikahan. Bukankah belajar dan menikah adalah ibadah?
Allah SWT pun sudah
berjanji kepada para mujahid (orang yang berjihad) yang
mengharap ridha-Nya, dengan memasukkannya ke dalam surga. Sungguh tempat yang diidam-idamkan oleh
seluruh umat manusia, yang beragama. Jika
kita berbicara tentang surga, maka kita akan
memperbincangkan sesuatu yang indah dan membahagiakan. Jangan terlalu berfikir
jauh dengan membayangkan bagaimana kehidupan surga di akhirat? Karena
di dunia pun, kita sudah bisa merasakan
surga, kalau kita sunguh-sungguh.
Jika dalam kuliah, yang hanya
empat tahun saja, dibarengi dengan kesungguhan dan
kerja keras dalam menuntut ilmu, maka orang tua akan tersenyum bahagia melihat
anak tercintanya memakai baju kebesaran sarjana dan meraih kesuksesan. Bukankah
senyum orang tua adalah surga bagi kita, anak-anaknya?
Berlainan, jika dalam kuliah tidak ada kesungguhan dan motivasi
yang kuat dalam diri. Kuliah hanya sebatas formalitas dalam hidup.
Datang, duduk, absen, nongkrong dikantin, mengerjakan makalah alakadaranya,
skripsi tak kunjung selesai dan lain-lain. Benar apa yang dikatakan dosen saya,
bahwa mahasiswa yang belum selesai-selasai merampungkan skripsi dalam rentang waktu yang cukup lama, ada satu bab
yang belum dia selesaikan dan kuasai, yaitu: bab niat. Ya, untuk bab yang satu
ini, memang tidak diajarkan dikampus, tapi timbul dari hati yang penuh dengan
kesungguhan.
Keutamaan jihad
Dalam kitab
Jawahirul Buchari, karangan Mustafa Muhammad Umarah, dijelaskan bahwa Nabi Muhammad SAW bersabda: keutamaaan jihad adalah seperti orang yang
berhaji mabrur. Selain itu, Nabi SAW juga bersabda, orang yang paling utama adalah
seorang mukmin yang berjihad di jalan
Allah dengan jiwa dan hartanya.
Seperti yang kita tahu, haji adalah rukun Islam terkahir, yang
tidak semua umat Islam mampu melaksanakannya. Hanya orang yang terpilih, mau
dan mampu saja, baik dari segi fisik, materi, keilmuan
maupun hatinya.
Bagi muslim
yang beriman, melaksanakan ibadah haji ke tanah suci merupakan suatu keinginan
dan harapan yang selalu dijaga dalam hati. Tetapi sayangnya, tidak semua
harapan itu bisa terkabul. Tetapi mengapa Rasulullah SAW bersabda, bahwa
keutamaan jihad adalah seperti orang yang berhaji mabrur.
Hemat saya,
titik fokus dari sabda Nabi tersebut adala jihad (kesungguhan) dalam melakukan
apapun, dalam profesi apapun yang digeluti manusia, laksana perjuangan untuk
memperoleh “gelar” haji mabrur. Sekali lagi, umat muslim harus senantiasa
bersungguh-sungguh dan bekerja keras dalam mencapai sesuatu, yang mana
kesungguhan itu, keutamaannya sama dengan orang yang pergi haji.
Telebih
kepada mahasiswa, kepada diri saya sendiri, atau pemuda pada umumnya. Jika kita
melihat sejarah, peran pemuda
dalam setiap proses perubahan sosial, dimana pun, kapan pun, dibelahan dunia ini tidak bisa dihilangkan. Semangat pemuda, selalu menjadi corak
warna yang khas, yang mewarnai peradaban dunia.
Di awal perjuangan Islam, Rasulullah pun memegang salah satu elemen
dalam perubahan itu, yaitu pemuda. Sebagai contoh, ada Ali bin Abi Thalib.
Dengan semangat dan kecerdasannya Ali setia dan patuh kepada Rasulullah. Bahkan
Ali rela mati untuk panutannya itu.
Pun begitu
dalam sejarah panjang bangsa ini, goresan tinta emas perjuangan pemuda selalu
menjadi warna tersendiri, dalam catatan sejarah kemerdekaan Indonesia. Termasuk
dalam penggulingan rezim otoriter yang berkuasa lebih dari tiga puluh tahun,
mahasiswa dan pemuda mempunyai peran yang vital. Walau ada yang beranggapan,
jatuhnya Soeharto karena ulahnya sendiri, jadi mahasiswa tinggal
“menyenggolnya” maka, ia akan jatuh dengan sendirinya. Terlepas dari itu,
pemuda dan mahasiswa mempunyai peranan yang penting dalam mengisi kemerdekaan
bangsa ini.
Refleksi sumpah pemuda
Momen sumpah
pemudah yang akan diperingat dalam waktu dekat (28 Oktober), sudah seyogyanya
menjadi bahan refleksi untuk pada calon pemimpin bangsa. Sudahkah kita
bersungguh-sungguh memperjuangkan tonggak estafet kepemimpinan dan amanah dari para pahlawan yang gugur di meda
perang. Ataukah kita hanya berleha-leha, bersantai ria menikmati kemerdekaan
ini, tanpa mengisinya dengan kesungguhan dalam setiap hembusan nafas, pemikiran
dan perbuaatan.
Dengan
momentum sumpah pemuda, kesungguhan dalam capaian tertentu harus
dilipatgandakan. Karena janji Tuhan, akan ada kebahagiaan, setelah kesungguhan
dan kerja keras yang tak kenal lelah.
Jadilah “surga”
untuk diri sendiri, keluarga, dan orang-orang yang kita cintai dengan
bersungguh-sungguh mengabdikan diri kepada Yang Maha Kuasa, dengan mengotimpalkan
seluruh potensi yang ada.
oleh : Aan Herdiana
0 komentar:
Posting Komentar