Dalam kelas menggambar, terkadang ada beberapa anak yang mengalami
kesulitan dalam memilih objek yang akan mereka gambar. Dalam hal ini, bukan
berarti mereka tidak mengetahui dan memahami sesuatu objek, tapi objek-objek
gambar yang ada disekeliling mereka itu tidak “membekas” dalam pikiranya.
Alhasil, disaat akan menggambar anak-anak mengalami kebingungan.
Dalam kasus demikian, yang seharusnya dilakukan pendidik maupun
orang tua adalah membuat pengalaman anak menjadi lebih menyenangkan dan
berkesan. Hal ini, karena menurut Piaget, ada hubungan antara membuat karya
seni (menggambar) dengan perkembangan pikiran anak. Piaget mempercayai, bahwa
kesenian berawal pada perkembangan tentang “tetapnya” atau “permanennya” suatu
benda pada anak. Atau dengan kata lain, kemampuan untuk mengerti keberadaan
permanen benda-benda, dan untuk berfikir tentang benda tersebut, meskipun
benda-benda tersebut tidak ada di sini.
Berdasar hal tersebut, untuk menetapnya suatu benda dalam pikiran
anak, adalah dengan pengalaman yang menyenangkan dan berkesan. Misalnya saja,
ketika pembelajaran di luar kelas, anak-anak jalan-jalan di taman. Sekedar
jalan-jalan saja, tentunya tidak membuat pengalaman tersebut menjadi menarik
dan berkesan bagi anak.
Lalu bagaimana? Fokuskan pikiran dan perhatian anak-anak pada salah
satu objek yang ada di taman, misalnya bunga yang sedang mekar. Bimbing
anak-anak untuk memfokuskan pada bagian-bagian bunga, seperti bagaimana bentuk
batangnya, bagaimana bentuk daunnya, warnanya apa, dan lain sebagainya. Biarkan
anak-anak bermain dengan imajinasi mereka tentang “bagaimana bentuk bunga”.
Selain itu, untuk pengalaman yang lebih berkesan, cobalah meminta anak-anak
untuk lebih lagi memperhatikan bunga tersebut. Caranya dengan mencium bau
bunga, meraba bentuk tangkai bunga dan daun, dan lainnya. Hal ini ditujukan,
supaya anak bisa merasakan dan lebih memahami tentang bentuk bunga, yang
terpatri dalam benak mereka.
Hal tersebut, kiranya perlu dilakukan, agar supaya aktivitas
jalan-jalan di taman tidak hanya sebatas rekreasi belaka. Akan tetapi, juga
membuat pengalaman baru yang lebih menyenangkan bagi anak.
Contoh lainnya adalah ketika turun hujan. Bukan berarti anak-anak
disuruh main di bawah guyuran hujan. Walaupun saya meyakini, anak-anak pasti
suka melakukan itu. Tapi, karena alasan faktor kesehatan, kiranya bermain di
waktu hujan menjadi hal yang riskan untuk dilakukan.
Lalu, apa yang semestinya dilakukan? Ketika proses pembelajaran,
bawalah anak-anak ke teras depan untuk melihat hujan. Nah, agar pengalaman anak
terhadap hujan lebih berkesan, ajaklah anak untuk memperhatikan butiran hujan
yang jatuh dari atas genteng atau yang jatuh dari daun pohon. Atau bisa juga,
anak-anak menenengadahkan tangan untuk mengumpulkan butiran air hujan yang
jatuh dari genteng, dan masih banyak aktivitas yang lainnya. Yang penting,
membuat pengalaman anak menjadi lebih menarik dan mengesankan.
Dengan pengalaman yang berkesan tersebut, apa yang sudah dilakukan
anak-anak tidak mungkin dilupakan begitu saja.
Anak-anak tidak memproduksi seni (menggambar) tanpa adanya ide,
imajinasi, dan kreativitas. Daripada meminta anak untuk menggambar apa yang
dikatakan oleh guru, lebih baik guru mengingatkan anak tentang
pengalaman-pengalamannya di masa lalu yang tidak terlupakan. Lambat laun, anak
akan mengingat hal-hal yang berkesan dan tak terlupakan tersebut. Jika anak
masih belum ingat, cobalah guru terus memberi rangsangan-rangsangan kepada
anak. Jika pengelaman tersebut memang berkesan dalam pikiran dan perasaannya,
maka objek tersebut pastilah diingat oleh anak.
0 komentar:
Posting Komentar