Pemuda adalah harapan bangsa, begitu kiranya. Nasib masa depan
suatu bangsa, tergantung kepada karakter pemudanya saat ini. Ketika bicara soal
pemuda, hal pertama yang bisa kita lihat dan rasakan adalah semangat, optimisme
tinggi, dan idealis. Semangat yang berkobar di dada untuk meraih cita-cita dan
harapan. Benar kiranya jika Bang Haji Roma Irama berdendang, “masa muda masa
yang berapi-api”.
Didalam optimisme dan semangat yang membara, tidak bisa dipungkiri
pemuda masih labil dalam menjalani liku kehidupan. Emosi yang belum matang,
ditambah godaan lingkungan yang menjerumuskan kian marak. Terlebih dewasa ini,
arus globalisasi yang menggurita dihampir seluruh aspek kehidupan, tak
terkecuali moralitas bangsa yang membuat pemuda bangsa terpuruk ke jurang
degredasi moral.
Ditengah arus globalisasi, pemuda Indonesia sedang mencari jati
diri yang hilang ditelan waktu. Penguatan karakter yang dulu selalu
dikumandangkan Ir. Soekarno dalam setiap pidatonya sudah tak terlihat. Ya, harus
kita akui dan berlapang dada, bahwa pemuda saat ini sedang terpuruk tergilas
arus globalisasi.
Lihat saja judul-judul berita sekarang ini. Masyarakat Indonesia,
dewasa ini sangat mudah terpancing emosinya. Gara-gara hal sepele nyawa bisa
melayang. Ironisnya, mahasiswa, yang nota bene adalah kaum terdidik pun
melakukan hal yang serupa. Mau dibawa bangsa ini ketika para kader bangsa
mempunya “mental bandit”.
Melihat realita tersebut, penguatan karakter pemuda bangsa adalah
harga mutlak yang harus dilakukan. Dalam tulisan yang sederhana ini, penulis
akan menjelaskan tentang salah satu karakter -dari sekian banyak- yang sangat
urgen, yang harus dimiliki pemuda untuk perubahan yang lebih baik.
Kuncinya, Disiplin
Adalah disiplin. Disiplin dalam hal apa saja. Ya, disiplin adalah
kata yang mudah diucapkan tetapi sulit diaplikasikan. Sebagai muslim sejati,
semestinya kita sudah berkenalan baik dengan yang namanya “disiplin”.
Setidaknya sehari semalam shalat lima waktu dengan ketentuan yang sudah
ditentukan oleh Allah SWT, yang tidak bisa ditawar-tawar lagi, mulai dari
jumlah rakaat, waktu pelaksanaan dan yang lainnya. Shalat diawal waktu,
berjama’ah pula, bukankah itu pembelajaran untuk disiplin dalam kehidupan? yang
semestinya mempunyai pengaruh dalam keseharian?
Bukankah Allah SWT sudah memberikan contoh kepada kita untuk selalu
disiplin. Lihat saja pergerakan matahari. Dengan disiplin yang tinggi, matahari
terbit di timur setiap pagi dan tenggelam diujung barat menjelang petang.
Selalu begitu setiap hari. Coba bayangkan kalau matahari terbit di siang
bolong, hancurlah dunia ini. Tapi, berkat disiplin, matahari senantiasa setia
untuk selalu mengahangatkan bumi atas izin Tuhannya.
Tidak hanya itu, Tuhan pun memberi kita contoh tentang pentingnya
disiplin dalam tubuh kita. Apa itu? jantung. Ya, denyut jantung adalah bukti
bahwa seorang manusia masih diberi kenikmatan untuk hidup. Andai jantung tidak
disiplin dalam memompakan darah keseluruh tubuh, apa yang terjadi dengan
manusia?
Lihat juga bangsa-bangsa maju didunia, seperti Amerika, Jepang,
Korea, Cina dan yang lainnya, sebagai suatu pembelajaran dan refleksi dalam
hidup. Apakah mereka menjadi negara maju tidak dengan tradisi disiplin? Saya
rasa tidak ada suatu kesuksesan yang diraih tanpa adanya disiplin.
oleh: Aan Herdiana
0 komentar:
Posting Komentar