Masa
muda, masa yang berap-api…
Demikian sepenggal syair dari raja dangdut, Bang Haji Roma Irama dalam salah
satu lagunya. Ya, sekiranya kalimat tersebut sangat pas menggambarkan masa
muda. Masa yang penuh dengan semangat, optimisme, keyakinan, -yang digambarkan
dengan “api” oleh Bang Haji. Dengan bahasa lain, masa muda adalah masa keemasan
manusia untuk memperoleh kesuksesan (baca: kebahagiaan) dalam hidupnya.
Dalam sejarah panjang bangsa ini
pun, pemuda mempunyai tempat tersendiri,yang tak tergantikan. Sejarah mencatat,
bahwa kaum muda yang “tercerahkan” lah, yang mempunyai gagasan tentang
pentingya kesadaran nasional, dengan meninggalkan semangat kedaerahan yang
tidak mampu mengusir penjajah. Dalam catatan lain, juga disebutkan kaum pemuda
yang “memaksa” bapak proklamator Indonesia, Bung Karno dan Bung Hatta, untuk
secepatnya mengproklamirkan kemerdekaan Indonesia. Dan masih banyak lagi,
catatan-catatan pemuda dalam menggoreskan sejarah dengan tinta emas perjuangan
bangsa ini.
Kini, Indonesia telah merdeka
dengan memasuki tahun ke-68. Usia yang relatif tua, jika disandingkan dengan
usia manusia. Diusia ini, masalah-masalah klasik, seperti kemiskinan,
pengangguran, masih menjadi masalah utama yang menjadi pekerjaan rumah bersama.
Padahal, jika kita mau melihat dan jujur, sumber daya alam Indonesia, sangatlah
melimpah. Tidaklah salah jika ada yang bilang Indonesia adalah surganya dunia.
Ironis tentunya, jika melihat masih ada rakyat Indonesia yang masih kelaparan.
Ketidakadilan, kemiskinan,
korupsi, hilangnya jati diri (karakter), adalah masalah yang harus dihadapi
bangsa ini. Merasakan fenomena ini, kiranya peran aktif pemuda untuk melakukan
perubahan -layaknya seperti dalam catatan sejarah- harus lebih ditingkatkan dan
dimaksimalkan. Kenapa harus pemuda? Ya, sangatlah mustahil jika tanggung jawab
ini dipikul oleh orang tua, yang tidak lagi mempunyai semangat dan tenaga yang
kuat, layaknya pemuda. Oleh karenanya, pemuda adalah kuncinya.
Berawal dari gerakan
Diawal sudah disinggung bahwa,
pemuda adalah titik sentral dalam perubahan bangsa ini. Kuncinya, bagaimana
membentuk karakter pemuda yang tangguh, pantang menyerah, untuk memperjuangkan perubahan
untuk memperoleh kebermanfaatan. Hal ini tentunya tidaklah mudah. Seperti yang
kita pahami bersama, arus globalisasi yang menggurita diseluruh aspek kehidupan
bangsa, termasuk moral dan etika, menjadi musuh utama dewasa ini. Banyak
pemuda, yang masih mencari jati diri, tergerus arus globalisasi, yang berimbas
kepada hancurnya moral.
Kenakalan remaja, tawuran antar
mahasiswa, narkoba, sex bebas, semakin menjadi-jadi akhir-akhir ini. Jika suatu
bangsa, generasi penerusnya sudah tidak mempunyai karakter, mau dibawa kemana
bangsa ini?
Melihat fenomena ini, tentunya
dibutuhkan perhatian yang lebih dari pemerintah untuk “menyelamatkan” pemuda
dari jurang degredasi, untuk kembali ke tempat awal, sebagai agen perubahan.
Selain itu, konsep diri, motivasi diri, dorongan individu, sebagai “benteng”
pertahanan diri pun tidak kalah penting.
Dalam membangun konsep diri,
pemahaman dan kesadaran akan dirinya adalah hal yang penting. Bagimana ia
melihat dan menilai diri sendiri. Sebagai manusia, nilai kebermanfaatan dirinya
untuk manusia lain, adalah tujuan yang mulia. Dan hal ini juga kiranya yang
diajarkan oleh Rasulullah, bahwa sebaik-baik manusia adalah orang yang
bermanfaat bagi sesamanya.
Sebagai pemuda, mempunyai konsep
diri yang jelas, adalah suatu keharusan, walaupun memang tak mudah. Adapun rumus
3B dibawah ini bisa menjadi arahan untuk membentuk konsep diri sebagai pemuda.
Pertama, bergerak. Tidak ada
capaian yang memuaskan, tidak ada hal yang membanggakan, tanpa dimulai dengan
suatu gerakan. Para pendaki gunung, yang mencapai puncak pun dimulai dengan
langkah pertama (gerakan). Begitu juga seorang pelari, untuk mencapai garis
finish, dimulai dengan langkah pertama(gerakan). Intinya, suatu capaian akan
berhasil jika ada suatu gerakan. Adalah hal yang sia-sia, jika dalam hidup ini
kita hanya diam, berpangku tangan dalam melihat masalah-masalah social. Dan
kiranya, lewat tulisan ini pun, saya sudah berusaha untuk bergerak –dengan izin
Allah, untuk mengaktualisaikan ide dan gagasan lewat sebuah tulisan. Dengan
harapan, akan terjadinya sebuah perubahan, setidaknya untuk diri sendiri.
Kedua, berubah. Setelah
melakukan gerakan dalam hidup ini, adanya perubahan adalah tujuan yang ingin
capai. Tentunya perubahan ke arah yang lebih baik. Dan, tidak ada perubahan,
tanpa adanya suatu gerakan. Oleh karenanya, kedunya adalah hubungan sebab-akibat
yang saling mempengaruhi satus sama lain. Ketiga,
setelah bergerak, kemudian berubah, lalu bermanfaat. Inilah pesan yang
sampaikan Rasulullah kepada umatnya, untuk menjadi manusia yang sebaik-baiknya.
Sudah saatnya kita mereflesikan
nilai-nilai perjuangan sejarah sebagai landasan untuk bergerak. Pemuda adalah bagian yang tak
terpisahkan dari perjuangan bangasa ini untuk merebut kemerdekaan. Begitupun dalam
konteks sekarang, sudah selayaknya, pemuda mengisi kemerdekaan dengan sesuatu
yang bermanfaat untuk bangsa.
Mari bergerak, berubah, dan
bermanfaat, kawan! Hidup pemuda!
oleh: Aan Herdiana
0 komentar:
Posting Komentar